Sabtu, 05 Oktober 2013

Analisis Puisi "Prajurit Jaga Malam" Karya Chairil Anwar

PRAJURIT JAGA MALAM

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam

Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini

Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam

Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!

Analisis :

           Puisi “Prajurit Jaga Malam” karya Chairil Anwar ini menceritakan tentang parajurit-prajurit Indonesia yang berjaga malam di wilayah Indonesia pada masa penjajahan.
           Puisi ini bertemakan kepahlawanan sesuai dengan judul puisi ini yaitu “Prajurit Jaga Malam”.
           Puisi ini menggunakan rima yang bebas.
           Diksi dalam puisi ini mempunyai arti kata denotasi ( lugas ) yang mudah di pahami oleh pembaca.
           Citraan dalam puisi ini adalah citraan pengelihatan terbukti pada kalimat “bermata tajam”.
           Majas dalam puisi ini adalah majas simbolik terbukti pada kalimat “Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu”.
           Tujuan penulisan puisi ini adalah memberitahukan pembaca tentang pengorbanan prajurit-prajurit Indonesia yang rela berkorban begadang jaga malam demi menjaga suatu wilayah di Indonesia.
           Amanat dalam puisi ini adalah untuk selalu rela berkoraban demi bangsa dan negara untuk menjaga wilayah indonesia dari tanggan penjajah.

Kritik novel "Sang Pemimpi"

Masa Lalu yang Mengharukan

           Novel “Sang Pemimpi” tema novel ini kurang begitu jelas di sampaikan oleh penulis karena ceritanya yang rumit. Novel ini mengunakan alur mundur tapi dalam alur mundur ini ceritanya agak sedikit membingungkan bagi pembaca karena tiba-tiba menceritakan masa lalu yang kurang begitu jelas penggambarannya oleh penulis. Untuk latar di novel ini kurang bagus karena ada beberapa latar tempat yang kurang begitu jelas di gambarkan oleh penulis tapi sebagian besar untuk latar waktu, tempat, suasana sudah cukup lumayan bagus. Tokoh-tokoh dalam novel ini sudah cukup jelas siapa-siapanya namun ada juga yang kurang jelas dalam penggambaran tokohnya. Untuk penokohan dalam novel ini kurang begitu jelas karena kalimat-kalimat di novel ini ada yang rumit atau kurang jelas. Dalam sudut pandang novel ini kurang begitu jelas sedikit karena ceritanya yang sangat rumit dan sulit untuk di pahami pembaca.
           Novel ini dalam adegan tokoh aku yang di kejar oleh pak Mustar kurang begitu jelas latar tempatnya tiba-tiba di depan siswa perempuan dan di belakangnya ada pak Mustar terus kok tiba-tiba tokoh aku itu berada di pasar dengan teman-temannya. Apa waktu itu gerbang sekolah terbuka penulis kurang begitu jelas pada waktu menggambarkan situasi itu. Karena itu pembaca jadi merasa bingung dalam membaca novel ini.
           Pada pertengahan cerita novel sampai akhir cerita novel semakin rumit dan sulit di pahami pembaca karena ceritanya itu mengarah kemana-mana atau cerita novel tersebut tak konstan. Untuk amanat novel ini penulis kurang jelas dalam menyampaikan amanat dari novel ini. Jadi pembaca bingung amanat novel ini bagaimana dan tentang apa.